Kegiatan outbound Training sejak
pertama kali telah dijadikan sebagai
bagian untuk pengembangan diri (personal development) dan pengembangan team
(team development). Kegiatan ini dikembangkan Jauh sebelum era industry berkembang
di Eropa. Kegiatan ini diadakan oleh sekolah Round Hill School melalui
pendidikan kegiatan di alam terbuka, atau lebih dikenal sebagai proses mencari
pengalaman di era tahun 1821.
Baru pada sekitar tahun 1941, oleh
DR. Kurt Hahn seorang tokoh pendidikan asal Jerman mengadakan sebuah kegiatan yang dinamai
outbound. Pada tahun 1933 beliau melarikan diri ke Inggris dikarenakan
berseberangan pendapat politik dengan Hitler penguasa pada saat itu. Dengan
bantuan seorang pengusaha kapal bernama Lawrence Holt, beliau mendirikan
lembaga pendidikan outbound tersebut. Dr. Hahn menggunakan nama Outward Bound
sebagai nama sekolahnya yang berdiri di Aberdovey, Wales tepat pada tahun 1941.
Sekolah ini didirikan dengan tujuan melatih fisik dan mental para pelaut muda
guna menghadapi ganasnya pelayaran di lautan Antlatik pada saat itu,
dikarenakan Inggris ikut terlibat dalam perang dunia II.
Pelatihan outbound saat itu memakai
kegiatan mendaki gunung dan petualangan di laut sebagai medianya. DR. Hahn
sendiri mempunyai anggapan bahwa kegiatan berpetualang bukan merupakan kegiatan
main-main melainkan sebagai wahana berlatih anak-anak muda sebagai ajang menuju
kedewasaan.
Dengan menggunakan metode, media
dan pendekatan yang dilakukan oleh sekolah Outward Bound, banyak ahli
pendidikan yang mengklasifikasikan bentuk pelatihan yang diajarkan Dr. Hanh
sebagai adventure education atau experiental learning. Setelah berakhirnya
perang dunia II, metode pelatihan ini berkembang pesat dan mulai ditiru di
banyak tempat bahkan sampai keluar wilayah Eropa.
Outbound training di Indonesia
mulai masuk sekitar tahun 1990 dengan nama Outward Bound Indonesia. Dewasa ini
banyak sekali lembaga pendidikan outbound yang berdiri, dengan level
professionalism dan kelengkapan peralatan yang berbeda.